Konsep Sekolah Bertaraf
Internasional
Sesuai dengan Pedoman
Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2007), Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional (SBI)
merupakan Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional
Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah
satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development
dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum internasional.
Dengan
konsepsi ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan
melaksanakan standar nasional pendidikan yang meliputi: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut diperkaya, diperkuat,
dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota
OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui
secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional. SBI harus mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam
penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi standarnya
daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional
maupun internasional melalui berbagai strategi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Sesuai dengan konsepsi SBI
di atas, dalam upaya mempermudah sekolah dalam memahami dan menjabarkan secara
operasional dalam penyelenggraan pendidikan yang mampu menjamin mutunya
bertaraf internasional, maka dirumuskan bahwa SBI pada dasarnya merupakan
pelaksanaan dan pemenuhan delapan unsur SNP
sebagai indikator kinerja kunci minimal dan ditambah (dalam pengertian
ditambah atau diperkaya/ dikembangkan/diperluas/diperdalam) dengan x yang
isinya merupakan penambahan atau pengayaan/pemdalaman/ penguatan/perluasan dari
delapan unsur pendidikan tersebut serta sistem lain sebagai indikator kinerja
kunci tambahan yang berstandar internasional dari salah satu anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya.
Dalam kerangka pencapaian
standar mutu internasional, tiap sekolah yang telah menjadi SBI mandiri harus
memenuhi indikator kinerja kunci minimal (IKKM) (delapan unsur SNP) dan
indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) (terdiri berbagai unsur x). Sedangkan selama sebagai rintisan SBI (RSBI) diharapkan
dapat berupaya memenuhi SNP dan mulai merintis untuk mencapai IKKT sesuai
dengan kemampuan dan kondisi sekolah. Pencapaian pemenuhan IKKT sangat
ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah, guru, komite sekolah, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan yang lain.
Untuk dapat memenuhi
karakteristik dari konsepsi SBI tersebut, yaitu sekolah telah melaksanakan dan
memenuhi delapan unsur SNP sebagai pencapaian indikator kinerja kunci minimal
ditambah dengan (x) sebagai indikator kinerja kunci tambahan,
maka sekolah dapat melakukan minimal dengan dua cara, yaitu: adaptasi, dan
adopsi.
Sekolah yang akan
melakukan adaptasi ataupun adopsi untuk memenuhi IKKT, perlu mencari mitra
internasional, misalnya sekolah-sekolah dari negara-negara anggota OECD yaitu:
Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France,
Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand,
Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey,
United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia,
Israel, Russia, Slovenia, Singapore dan Hongkong. Ataupun dapat juga bermitra
dengan pusat-pusat pelatihan, industri, lembaga-lembaga tes/sertifikasi
internasional seperti misalnya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-pusat
studi dan organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, SEAMEO,
dan sebagainya.
Esensi lainnya dari konsep
tentang SBI adalah adanya daya saing pada forum internasional terhadap
komponen-komponen pendidikan seperti output/outcomes pendidikan, proses
penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki daya
saing yang kuat/tinggi. Masing-masing komponen tersebut harus memiliki
keunggulan yang diakui secara internasional, yaitu berkualitas internasional
dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing.
Konsep Pembelajaran Bilingual
Proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI harus
bercirikan internasional, yaitu: (1) pro-perubahan yaitu proses pembelajaran
yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan
eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a
joy of discovery; (2) menerapkan model pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; student centered; reflective
learning; active learning; enjoyble dan joyful learning; cooperative learning;
quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang
kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; (3) menerapkan proses
pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses pembelajaran
menggunakan bahasa Inggris (bilingual) khususnya mata pelajaran sains,
matematika, dan TIK; (5) proses penilaian dengan menggunakan model-model
penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya
yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Pembelajaran dalam bahasa Inggris atau
pembelajaran bilingual merupakan salah satu aspek esensial yang harus
dikembangkan dan diterapkan di SMK RSBI.
Pembelajaran
bilingual adalah suatu pembelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang
dilakukan menggunakan dua bahasa yang berbeda (WWW.id.wikipedia.org/billingual,
2009). Di Amerika Serikat, pembelajaran bilingual umumnya menggunakan bahasa
Inggris, dan satu bahasa minoritas, yaitu bahasa Perancis, Cina, atau bahasa
minoritas lainnya. Senada dengan pendapat tersebut, Depdiknas (2007) memberikan
batasan pembelajaran bilingual sebagai pembelajaran yang materi pelajaran,
proses belajar mengajar, dan penilaiannya menggunakan bahasa Inggris.
Terdapat beberapa jenis pembelajaran
bilingual, yaitu: transisional (transitional), dua bahasa (dual language), dan
pengembangan (developmental). Pada jenis transisional, pembelajaran menggunakan
bahasa asli dari siswa. Hal ini terutama untuk menjamin agar siswa tidak
ketinggalan dalam menguasai materi-materi pelajaran Matematika, IPA, dan IPS
pada saat siswa sedang belajar bahasa Inggris. Tujuan pola bilingual ini untuk
membantu siswa menyiapkan diri memasuki pembelajaran yang sepenuhnya
menggunakan bahasa Inggris.
Pembelajaran bilingual jenis dual language
dirancang untuk membantu siswa penutur asli atau bukan penutur asli bahasa
Inggris menguasai dua bahasa, yang pada umumnya bahasa Inggris dan bahasa Perancis
atau Cina. Jenis pembelajaran bilingual ini jarang diterapkan di Amerika
Serikat.
Pembelajaran bilingual jenis pengembangan
merupakan pembelajaran dalam bahasa asli siswa (non-english) yang dilaksanakan
pada jam tambahan tersendiri. Pembelajaran utamanya menggunakan bahasa Inggris.
Pembelajaran ini diperuntukkan bagi siswa yang bahasa aslinya bukan bahasa
Inggris.
Pembelajaran bilingual di Indonesia,
terutama yang akhir-akhir ini dikembangkan di pendidikan menengah (SMP,
SMU/SMK) diterapkan untuk pembelajaran beberapa mata pelajaran, antara lain:
Matematika, IPA, dan IPS. Pembelajaran bilingual
ini tetap menggunakan kurikulum nasional yang berlaku. Dengan demikian,
pengembangan silabus, pengembangan sistem penilaian, dan perangkat pembelajaran
lainnya juga mengacu pada kurikulum tersebut. Namun demikian, sekolah dapat
menambah, memperluas, dan memperdalam kurikulum yang berlaku sesuai dengan
perkembangan kurikulum internasional dalam bidang mata pelajaran tersebut
dengan tetap memperhatikan nilai-nilai dan budaya Indonesia.
Pembelajaran bilingual bertujuan untuk: menghasilkan
lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu tersebut; menghasilkan
lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris yang tinggi; meningkatkan
penguasaan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris sesuai
dengan perkembangan internasional; meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional
tentang Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu dasar bagi
perkembangan teknologi (manufaktur, komunikasi, transportasi, konstruksi, bio
dan energi); meningkatkan kemahiran berbahasa Inggris siswa; menempatkan
Indonesia dalam posisi perkembangan internasional terdepan di bidang
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, informasi, dan teknologi.
Model
pembelajaran bilingual yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam
bidang studi dan dalam bahasa Inggris (subject matter and language). Keduanya diberi perhatian secara
proporsional. Focus on language sangat penting untuk
menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa
yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh
penutur asli bahasa Inggris. Berikut adalah contoh model
penyelenggaraan pembelajaran (Dit PSMP, 2008).
Terpisah
(parallel): perkembangan bahasa siswa difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar
pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang
diikuti siswa di sekolah. Siswa menerima pelajaran tambahan berupa English
for Mathematics and Science yang
dilakukan oleh guru bahasa Inggris dan/atau guru MIPA. Materi pelajaran tambahan ini
didasarkan pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang ada
pada pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya sebelum siswa mempelajari
pokok bahasan tertentu, siswa sudah diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata,
tata bahasa, ekspresi, dsb.) yang akan dipergunakan dalam mempelajari pokok
bahasan tersebut. Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki
pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara guru
bahasa Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam model ini
pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan
pembelajaran seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya. Model ini agak mahal
dan memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan
(peningkatan kemahiran berbahasa Inggris).
Terpadu (integrated): perkembangan bahasa siswa
difasilitasi secara terpadu dalam pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam dalam bahasa Inggris. Artinya, siswa menerima materi English for
Mathematics and Science bersamaan ketika mereka menerima pelajaran Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Model ini cocok/sesuai untuk
guru MIPA dengan pengetahuan kebahasaan tinggi. Secara umum, pembelajaran
terbagi menjadi tiga tahap utama, yaitu tahap persiapan (preparation), tahap pembelajaran (the lesson), dan tahap penguatan/pengayaan (reinforcement/ enrichment).
Pengembangan Pembelajaran
Bilingual di SMK
Beberapa hal perlu disiapkan sebelum menerapkan
program pembelajaran dalam bahasa Inggris di SMK RSBI agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Sekolah yang akan melaksanakan program ini
harus memiliki guru yang mampu dan sanggup menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai pengajar dalam pembelajaran bilingual. Khususnya menggunakan bahasa
Inggris. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi terhadap guru-guru yang ada di
sekolah tersebut untuk mengetahui tingkat kesiapan mereka dalam pembelajaran
bilingual.
Guru bahasa Inggris perlu dilibatkan dalam
pembinaan program pembelajaran bilingaul agar dapat mendukung dan membantu
memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru mata pelajaran dalam
menjalankan program. Sekolah dapat melakukan seleksi terhadap guru bahasa
Inggris di sekolah tersebut.
Siswa yang dapat mengikuti program ini
adalah siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, yaitu siswa-siswa yang
berpotensi. Siswa-siswa tersebut dapat diindikasikan antara lain dengan
kriteria sebagai berikut: memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang memadai,
dan memiliki pemahaman materi mata pelajaran dalam bahasa Inggris di atas
rata-rata. Untuk itu perlu dilakukan seleksi untuk mengetahui siswa yang
memiliki potensi yang tinggi untuk mengikuti program ini.
Sekolah memberitahu semua siswa dan orangtua/wali murid
mengenai pelaksanaan pembelajaran dalam bahasa Inggris dengan surat edaran
kepada semua orangtua/wali siswa. Dalam surat edaran ini sebaiknya disebutkan
bahwa karena berbagai keterbatasan, untuk sementara pada awal dilaksanakan
program, sekolah baru akan menyelenggarakan pembelajaran dalam bahasa Inggris
bagi siswa yang sudah dianggap siap mengikuti program.
Sekolah minta pernyataan tertulis dari orangtua/wali
murid yang menyatakan mengijinkan anaknya untuk mengikuti pembelajaran dalam bahasa Inggris untuk mata pelajaran-mata
pelajaran tertentu apabila yang bersangkutan lolos seleksi.
Perlu dipersiapkan dan difikirkan tentang program-program
tambahan yang menunjang atmosfer yang mendukung dan mendorong siswa untuk dapat
secara terus-menerus mempraktekkan bahasa Inggris selama mereka berada di
lingkungan sekolah. Termasuk jika siswa mengalami kesulitan dalam pencapaian
target yang sudah ditetapkan.
Agar implementasi pembelajaran dalam
bahasa Inggris berjalan dengan baik, sekolah perlu memiliki sarana dan
prasarana yang memadai. Suasana ruang kelas dan laboratorium hendaknya dibuat kondusif bagi
pembelajaran sehingga dapat
mendorong dan mendukung siswa untuk belajar dengan menyenangkan, kreatif,
aktif, dan efektif. Kalau memungkinkan, ruang kelas dan/atau laboratorium yang
ada dirancang tersendiri sehingga tidak menimbulkan kesan kaku bagi mobilitas
siswa dan guru. Susunan meja kursi yang ada di dalamnya tidak selalu harus
mengikuti aturan baku yang selama ini ada, yaitu susunan yang menempatkan guru
sebagai pusat. Selain itu penempatan papan tempat menempelkan karya-karya siswa
di ruangan tersebut juga sangat dianjurkan. Pada prinsipnya, sebaiknya suasana
kelas diupayakan dalam kondisi yang benar-benar menyenangkan bagi siswa untuk
mengikuti pembelajaran.
Selain itu, hal penting lainnya yang
sebaiknya ada di kelas yang digunakan untuk mengimplementasikan program ini
diantaranya adalah: Tersedianya perpustakaan mini yang menyediakan segala buku-buku
teks/referensi dalam bahasa Inggris dan perangkat pembelajaran pendukung
lainnya; Tersedianya perangkat multimedia yang digunakan untuk mendukung
implementasi program, misalnya laptop, LCD, screen, TV, VCD player, tape
recorder, dsb; Akses internet
yang mudah akan sangat mendukung keterlaksanaan program ini dengan baik,
mengingat mudahnya pencarian sumber-sumber belajar. Dengan demikian diharapkan
tersedia sumber-sumber belajar yang dapat mengikuti perkembangan matematika dan
IPA secara global. Termasuk diantaranya adalah mudahnya akses internet bagi
guru dan siswa baik di perpustakaan maupun di beberapa tempat tertentu di
sekolah tersebut; Perpustakaan pusat di sekolah yang menyediakan berbagai
buku-buku pendukung, cerita, majalah berbahasa Inggris yang sesuai untuk
tingkatan siswa SMK.
Hal yang memberikan peranan penting
lainnya adalah ketersediaan laboratorium bahasa dan laboratorium komputer yang
memadai sesuai dengan kebutuhan sekolah termasuk dengan laboran yang
berkompeten dalam bidangnya (laboran laboratorium IPA, laboran laboratorium
bahasa, dan laboran laboratorium komputer). Selain itu, di sekolah juga
dituntut menyediakan sarana dan prasarana untuk terciptanya lingkungan sosial
dan akademis yang mendukung terlaksananya program di sekolah tersebut.
Kepala sekolah yang tangguh sangat
menentukan keberhasilan implementasi program. Artinya kepala sekolah yang
mengetahui dengan benar bagaimana konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat
diterapkan di sekolah. Kepala sekolah harus memahami visi dan misi sekolah,
sehingga arah dan target pengembangan sekolah juga jelas. Termasuk di dalamnya
adalah bagaimana pemenuhan 8 (delapan) komponen standar sesuai dengan PP
19/2005 dapat dicapai
0 komentar:
Posting Komentar